Kamis, 19 Juli 2012

Gaya Belajar Efektif

Makna sesungguhnya dari proses belajar adalah membuat seseorang yang awalnya tidak bisa menjadi bisa. Namun, apakah teorinya semudah itu? tentu saja tidak kawan. Ada beberapa hal yang harus kita pahami agar proses belajar kita tidak sia-sia. Ini bukan dikategorikan sebagai sunnah atau kewajiban, akan tetapi keharusan. 

Coba anda bayangkan, berapa banyak sarjana kita yang seharusnya ia ahli terhadap ilmu yang dipelajarinya di perguruan tinggi, namun kenyataannya tidak. Meskipun dinyatakan telah lulus dan menyandang gelar sarjana, tapi kemampuannya tidak mencerminkan ia adalah seorang yang ahli sesuai dengan jenis pendidikan yang ia pilih.
 
Kenapa bisa begitu?

Kondisi ini tidak lain adalah karena ia tidak benar-benar memahami konsep dan tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran. Ibaratnya ia hanya sekedar tahu saja, namun tidak ada inisiatif untuk memahaminya, apalagi untuk mengembangkan. Sejatinya, ilmu itu harus menyatu dengan kehidupan sehari-hari kita. Dengan begitu kita akan menyadari bahwa betapa masih banyak kekurangan maupun kelemahan dalam diri kita saat menghadapi sebuah realita kehidupan. 

Jadi, agar proses belajar yang kita lakukan tidak percuma, maka perlu diperhatikan langkah berikut;

1. MEMAHAMI :Konsep memahami sangat berbeda dengan menghafal. Dengan memahami berarti kita mengerti bagaimana proses itu terjadi. Misal; benda yang dileparkan ke atas pasti akan terjatuh kebawah. Seorang penghafal pasti akan mengatakan kalau setiap benda yang dileparkan ke atas akan otomatis jatuh ke bawah. Sedangkan orang yang paham akan mengatakan benda yang dilemparkan ke atas akan jatuh ke bawah karena adanya gaya grafitasi di bumi, akan berbeda kondisinya bila dilemparkan di ruang angkasa

2. MENGERJAKAN : Setelah paham, maka langsunglah kamu praktekan. Dengan begitu ilmu yang kamu peroleh tidak akan mudah hilang begitu saja. Selain itu, kamu akan merasakan manfaat dari ilmu yang kamu pelajari. Coba kamu bayangkan, apakah dengan menghafal lalu memahami saja sudah cukup? apa suatu ilmu hanya berhenti sampai disitu saja? 

3. MENGULANG-ULANG :Ulanglah terus setelah kamu mengerjakannya, maka nanti kamu akan menjadi orang yang ahli.

4. MEMBIASAKAN :Setelah kamu mengulang terus apa yang kamu kerjakan, kemudian menjadi seorang yang ahli, maka semua yang kamu lakukan itu akan menjadi sebuah kebiasaan yang melekat pada diri anda. Ibarat sebuah gerakan reflek, bila seorang kiper dihadapkan dengan tendangan bola, maka dia akan bergerak dengan cepat untuk  menghadang bola tersebut. Dari pembiasaan ini lah, kita bisa dikatakan sebagai orang yang sakti atau bila dilekatkan pada pemain bola, maka bisa dijuluki sebagai pemain hebat. Semakin hebat, harga pemain itu tentu semakin mahal. 

5. MENUAI HASIL : Ilmu yang telah menjadi kebiasaan, tidak otomatis menghasilkan hasil. Perlu adanya faktor-faktor penunjang lainnya agar ilmu itu dapat memberikan hasil yang signifikan. Bagaimanakah caranya? caranya adalah kita harus mempelajari ilmu lainnya yang relevan dengan ilmu yang telah menjadi kebiasaan kita itu. Contoh; David Beckham adalah pemain bola yang dikenal dengan tendangan bolanya yang selalu akurat. Namun dia akan menjadi pemain biasa-biasa saja bila keakuratan tendangannya tidak diiringi dengan kemahirannya dalam menggiring bola untuk menghadapi lawannya. Bagaimana dia bisa menghasilkan tendangan akurat yang berbuah gol jika dia tidak bisa menggiring bola untuk menciptakan posisi tembak yang pas? Di sinilah faktor penunjang lain berperan besar bagi ilmu yang telah kita kuasai.

Referensi: Finansial Spiritual Quotient (FSQ) karya Iman Supriyono


Tidak ada komentar:

Posting Komentar